Ku akui tak mudah bagiku ketika
aku berhadapan dengan sebuah pena dan secarik kertas. ketika kuingin merangkai
kata menjadi kalimat yang tertuang sempurna lewat sebuah tulisan, aku harus
berhadapan dengan emosi dan perasaanku. kadang perasaanku melemah dalam bahasa
emosiku sendiri.. . .namun tak ada harmony atau irama yang mengiringiku, tapi
Jemariku tetap ingin menari bersama tangan dan sayap sang malam melawan sedikit
emosi yang memuncak tak terduga.
Terkadang aku diam terpaku,
menikmati kesunyian malam hanya sekedar mendengar suara dari gema malam dan
bisikan alam agar kubisa menuliskan indahnya kerinduan. walau cahaya bulan
meredup, aku berharap bisa merangkai kata berteman cahaya kunang kunang malam
yang sediamenghampiri.
Jika malam tlah lelah denganku
dan pagi membuka pintunya untuk mentari, rasanya aku tetap ingin sembunyi
mendiami sudut yang paling sunyi dari kegelapan, dimana kubisa jadikan ruang
yang tenang untuk merangkai kata dari kerinduan yang tak berujung ini.. . . . .