Apa orang yang
memperlakukanmu dengan begitu baik harus diam-diam menjahatiku? Kudengar ia
orang yang baik, pekerja keras, mau mengalah, rajin beribadah dan namun
diam-diam mengungkapkan perasaannya kepada kekasihku dan itu kau. Aku kalah.
Aku lengah. Sesaat setelah aku berkedip, kau lenyap. Kau kekasihku telah
direnggut, perasaanmu kini terbelah. Setengah untuk orang yang begitu baik,
mungkin setengah lagi hanya teruntuk kutanya-tanya.
Aku tidak
menyalahkanmu. Kan kulihat kau bahagia. Hanya dulu, aku dapat melihat hati yang
penuh pada sepasang bola matamu. Sekarang aku kagok oleh karena begitu banyak
ketakutan di dalamnya. Aku ingin bertepuk tangan, namun khawatir kau
tersinggung.
Apakah ini
pertanda untukku meniti hidup yang baru untuk seseorang yang baru? Aku tidak
yakin, sebab sampai di hari ini, rindu selalu lebih kuat dari kekecewaan. Aku
tidak mau memilih pengganti dengan hati yang hanya memberikan rasa kasihan.
Hati yang menjerit tidak harus selalu menyerukan kesepian. Biarlah aku sendiri
asal tidak memiliki yang tidak aku cintai. Ini lebih baik dari asal-asalan.
Hanya dengar
kekasihku, jangan karena kau cinta aku begitu besar, cintaku jadi tidak berarti
apa-apa! Kau tahu kalau kau mencintaiku, namun cintakah yang kau inginkan? Jika
kau bilang kau lebih mencintaiku, lalu untuk diakah sisanya? Ah, isi hatimu
dipertanyakan. Sekarang bayangkan! Jika hati kekasihku dicuri orang, akankah
hatinya akan kembali dengan utuh? Karena siapakah aku yang menjawab tanya
sendiri.
Mungkin ini
pelajaran bahwa ternyata ada juga cinta yang jahat, cinta yang mencari celah
untuk dapat memisahkan dua hati yang menyatu. Aku dan kamu yang dulu pernah
menjadi kita. Baiklah, baiklah. Biar bumi berputar, waktu berjalan dan aku
terpaku saja akan bayang-bayangmu.
Yang baik selalu
menang, yang terbaik hanya dikenang. Aku kalah.
By: zarryhendrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar