Inilah aku seperti biasa
teringat kamu, tak ada yang tahu. Hanya aku, sepi dan pemilik dari kesepian
yang menyaksikan butiran luka ini.
Bukan tanpa alasan aku
seperti ini hidup dalam kesunyian dalam luka yang tak mampu aku sembuhkan, luka yang telah membawaku terlalu jauh, dan aku tahu pasti, semakin aku melangkah membawamu
bersamaku, maka semakin akan terluka hatiku.
Maafkan aku ...
aku libatkan engkau dalam cintaku. Aku bisa apa untuk membayar
semua salahku, sedang ku tahu untuk melangkah dan pergi tanpa membawamu di
sisiku, nyaris telah melumpuhkan akalku.
Benar, setiap ku putuskan berfikir untuk
ikhlaskanmu, setiap itu pula guncangan di jiwaku berontak tanpa ampun. Aku
telah gila, sepertinya.
Maafkan, maaf sebab hanya bisa mengatakan
ini sembari terdiam di sudut waktu, tak pernah peduli nyaman atau tidakkah hatimu
dengan hadirku.
Maafkan aku, mungkin benar selamanya ku
takkan baik untukmu.
Sebenarnya mudah saja menyelesaikan semua
ini, tapi dalamnya rasaku lebih kuat menahanku. Waktu yang telah habis untuk
mencintaimu takkan seberapa di banding kekuatan hatiku untuk mengukir masa
depan bersamamu.
Ku akui, setiap kali ingin lepaskanmu
sebenarnya itu tak benar-benar dari hatiku.
Mana mungkin ku lakukan itu, bahkan ketika memikirnya
jiwaku seperti bukan jiwaku lagi.
Tidak, aku tak bermaksud ingin
menyalahkanmu.
Aku hanya meminta maaf, kalau-kalau “ada”ku di hidupmu
tak membuatmu nyaman.
Maafkan aku, bahkan untuk sesuatu yang kini
ku fikirkan.
Tentang mengapa tak kau hentikan saja
diriku, menghentikanku terus saja seperti ini.
Walau tak mungkin menghentikanku untuk
terus mencintaimu, setidaknya hentikan aku
untuk menunjukan rasa ini terus menerus.
Tapi bagaimana mungkin aku berfikir seperti
ini, sudah berapa lama aku membuatmu tak menyaman.
Dan tak malu memikirkan agar kau lakukan
itu untukku?
Iya, harusnya. Harusnya ku bawa sendiri
cinta ini, lalu biar lukanya kurasakan sendiri saja.
byrianaadzkya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar